Persahabatan
kami dimulai dari partner Menulap dan Penelitian. Berlanjut karier bareng di
PT. Mitra Olah Bumi ngurusin Aspal Modifikasi dan sukses dgn program
reengineering LPG Plant di PT. Titis Sampurna. Sepak terjang bersama Handian
yang kami lalui menorehkan sejarah dan pelajaran hidup berharga yg tak terlupakan.
Pribadinya
elegan dan ringan tangan. Spesialis bidang masak memasak, fotografi dan
perbengkelan, plus banyak talenta lain dimiliki Handian. Antara lain suaranya
merdu mendayu ala Ebiet G Ade atau para rocker dari Malaysia, kemampuan
musikalis, dan kemampuan berbahasa asing yakni Sunda dan Sunda.... Sederetan
talenta ini yang membuat beliau sangat percaya diri, bahkan mungkin seorang
Rano Karno pun lewat. Dosen "ter-antik" TK kala itu, Pak Handi aja
masih disebut tidak sempurna. "Kalau sempurna namanya harus Handi +
an", begitu katanya.
Darah Bangsawan
Handian
kalangan Pendekar 7G biasa dipanggil Mang Ujang. Konon, ia masih keluarga bangsawan Sumedang. Sebagaimana keturunan bangsawan, selalu memiliki
prinsip yang kuat dan dalam setiap obrolannya sangat khas dengan celetukan,
"De, pake ini....", sambil jari telunjuk menunjuk kepala. Jadi
ngga heran kalo ngga sembarang orang bisa akrab dengannya. Saya tau banyak
karena saya juga bangsawan dari tanah Banten. Itulah makanya saya bisa akrab
dengannya, sesama bangsawan.
Marahnya Bangsawan
Ketegasan
prinsip hidupnya mulai saya rasakan pada saat kami terbentur masalah seminar
menulap. Saat itu oleh koordinatornya kami seolah dijegal untuk dapat seminar
pada waktunya, padahal semua syarat sudah terpenuhi. Hanya gara2 kesalahan
administrasi bisa berakibat fatal.
Setelah
keluar dari ruang koordinator, saya rasakan Mang Ujang sangat marah.
"Kesalahan kan bukan ada dipihak kita..!!!", begitu gumamnya.
"Dick..yu ah kita ikutan kuliah Hukum di Unpad..", celetuk Mang Ujang.
"Kunaon memangna?", tanya saya.
"Saya cuman mau tahu kalau pembunuhan berencana itu berapa lama dihukumnya dan bagaimana cara lepas dari tuntutan hukumnya", jawab Mang Ujang.
Gelo ya.....
"Kesalahan kan bukan ada dipihak kita..!!!", begitu gumamnya.
"Dick..yu ah kita ikutan kuliah Hukum di Unpad..", celetuk Mang Ujang.
"Kunaon memangna?", tanya saya.
"Saya cuman mau tahu kalau pembunuhan berencana itu berapa lama dihukumnya dan bagaimana cara lepas dari tuntutan hukumnya", jawab Mang Ujang.
Gelo ya.....
Touring Para Bangsawan
Dalam
masa menunggu dan sdh ngga banyak kawan seangkatan di kampus, kami berdua
sering touring naik motor. Suatu saat kami touring ke jogja dan sampailah di
daerah Wates. Tiba disana kita break untuk melaksanakan sholat Jumat. Karena
baru jam 11 kami berdua duduk paling depan, pas dibawah mimbar. Bagi jamaah
lain pasti melihat kami seperti musafir yang sangat sholeh. Tak terasa
kami berdua tertidur kelelahan. Tau2 kami dibangunkan oleh jamaah lain untuk sholat Jum'at, karena khutbah jumat sudah usai. Walhasil kami berdua
cuman numpang tidur di shaf pertama.
Mang
Ujang kadang main gitar dan bernyanyi bersama. Bahkan sempet merekam lagu "All I have
to do is dream". Coba pas karoeke diputar lagu itu, dia pasti akan sangat takjim dengan sikap sempurna layaknya menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dalam
semua acara dan touring 7G, Mang Ujang selalu bertindak sebagai fotografer dan
dokumenter. Walhasil dalam koleksi foto 7G beliau paling sedikit. Yang paling
banyak biasanya Wandy, karena dia memang lebih PD soal kegantengan dibanding
Mang Ujang.
Kelebihan
lain adalah jiwanya yang romantis plus doanya makbul. Tahun 2002
kami berdua sholat di Masjid Agung Surabaya. Saat itu Mang Ujang bilang,"
Yuk Dick kita berdoa, someday kita bisa sholat bersama di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi". "Aaamin....", imbuh saya. Alhamdulillah di tahun
2017, lima belas tahun kemudian, kita diijinkan Allah untuk bersama sholat di
kedua masjid tersebut. Bahkan bareng dengan Bahru, Yudi, Aris, Wandy dan
Doedoeng. Masya Allah...., nuhun Mang Ujang.
Jakarta, 11 Juni 2018
By *Dicky Ahmad
Gustyana*
No comments:
Post a Comment