Lab
TK 1 menghasilkan laboran dengan kemampuan modifikasi data dan justifikasi
teori dan persamaan matematika berdasarkan aluran variable variabel. Selain itu
juga bisa timbul cinlok diantara sesama partner laboran..
Karena
pengen ganti suasana saya, punya partner untuk lab 1 angkatan 89... (nama dan
identitas lain dirahasiakan..).
Dimulai
hanya diskusi, bikin laporan, terus nge 'run' bareng, ceritanya mulai deh
timbul gejolak, cie ..cie.. Padahal saat itu saya juga sdh punya pacar..
Mulai
hanya mengantar pulang sehabis nge 'run', jadwal main ke rumah di bilangan
Jalan Riau sdh makin meningkat frekuensinya. Bahkan sang Bunda seolah senang
dengan hubungan kita, walaupun sampai sejauh itu saya tetep pada prinsip senang
boleh, jadikan pacar jangan.
Kamarku
di A21 asrama Bumi Ganesha selain rak buku, meja komputer, ranjang dan stereo
set juga ada cermin cukup besar. Tinggi 160 cm dan 50 cm lebarnya. Motto nya :
ngaca dulu sepuasmu, sebelum bentuk tubuhmu berubah ga karuan..
Suatu
kali kami sedang nge 'run' bareng kebetulan ada Josua. Sambil iseng Jos
ngomentarin kita, kenapa pada saling cemberut.. Jos cukup tahu apa yang terjadi
pada sahabatnya..
Suatu
malam Minggu saya janjian untuk bikin laporan di rumahnya. Tapi bukan rahasia
lagi, malam Minggu kan jadwal wakuncar. Alhasil dengan segala modus saya lebih
memilih ngapel dibanding ngerjain laporan Labtek.
Surprise
malam minggu yang tak terlupakan, ketika saya kembali dari ngapel saya masuk
kamar asrama, langsung mata saya tertuju pada cermin kesayangan saya , saya
tertegun, tercekat sembari menahan nafas. Seluruh permukaan cermin penuh dengan
tulisan tangan "...dicky dodol..dicky dodol..dicky dodol..."
ekspresif luar biasa, dgn guratan lipstick diatas permukaan cermin. Membaca
tulisan itu saya jadi dihantui rasa bersalah yang luar biasa. Sy baru ngeh, pantas
saja beberapa kawan asrama sebelah kamar senyum senyum menyapa saya sebelum
saya masuk kamar tadi. Pasti mereka sudah lihat cermin itu.
Ungsikan cermin
Malam
minggu terpanjang yang saya rasakan, campur aduk antara rasa senang, tapi lebih
dominan rasa bersalah, ya.. rasa bersalah kepada pacar saya. Saya harus cari cara
untuk mengatasinya. "Ungsikan cermin", begitu pikir saya. Keesokan
pagi saya menemui Bahru sahabat suka dan duka, saya sampaikan permasalahan
sekaligus berharap jangan sampai informasi meluas sampai ke keponakannya.
Akhirnya sepakat cermin dipindahkan ke rumah Bahru di Halteu, tentunya setelah
menghapus goresan lipstick itu.
BMW (Bebek Merah Warnanya), Honda
merah C700 begerak lambat dari asrama menuju rumah Bahru, yang sekaligus sebagai
pengemudi, saya dibelakang sambil memegang cermin tinggi yang diletakan
diantara saya dan Bahru. Pandangan saya total tidak dapat melihat situasi di
depan motor.
Ketika
sudah nyaris sampe rumah Bahru, tiba-tiba "Praannggg.......!!!",
lamunan saya buyar, cermin pecah berantakan. Seketika itu juga motor
berhenti. Rupanya cermin 'sialan' itu terbentur listplang genteng
tetangga rumah Bahru. Bayangkan hanya tinggal 5 meter, cermin pecah
berantakan..
Bahru
tertawa keras, untung pakai helm jadi pecahan cermin tidak langsung menghamburi
kepala. Sambil komentar, "Dick kalau mau mecahin mah dari tadi aja atuh di
asrama". Saya masih termenung, rasa bersalah akhirnya hilang seiring
dengan pecahnya cermin ajaib..
Quiz : Siapa Sang Penulis di cermin, dan kenapa
menulis begitu?
Jakarta, 8 Juni 2018
By *Dicky Ahmad
Gustyana*
No comments:
Post a Comment